Senin, 01 Februari 2016

MAKALAH PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR

K A T A P E N G A N T A R









Sehubungan dengan dilaksanakan masa perkuliahan mata kuliah Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA), dengan ini mahasiswa melaksanakan tugas perkuliahan berkaitan dengan mata kuliah Pengembangan Sumber daya air (PSDA) tentang permasalahan sumber daya air yang berhubungan dengan kondisi musim saat ini.

Dalam hal ini penulis menyampaikan salah satu permasalah sumber daya air yang terjadi saat ini dengan judul “Pengolahan Lahan di Wilayah Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Citarum. Makalah ini menjelaskan tentang dampak pengolahan lahan dari masyarakat di wilayah hulu Sungai Citarum yang berpengaruh pada wilayah hilir daerah aliran sungai. Selain itu penulis mencoba memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi dengan acuan pada UU No. 7 tentang Sumber Daya Air.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan.








D A F T A R I S I




BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................................. 1

1.2 Gambaran Umum.............................................................................................................................................. 1




BAB II IDENTIFIKASI MASALAH .......................................................................................................................... 3

2.1 Identifikasi Permasalahan ................................................................................................................................. 3

2.2 Permasalahan ................................................................................................................................................... 4




BAB III PENUTUP .................................................................................................................................................. 5

3.1 Solusi ................................................................................................................................................................ 5

3.2 Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 6

3.3 Saran ................................................................................................................................................................ 6





B A B I

P E N D A H U L U A N




1.1 Latar Belakang

Laju sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu dalam dasawarsa terakhir dilaporkan meningkat hampir dua kali lipat (Pikiran Rakyat, 2006). Fakta ini ditunjukkan oleh laju ekspor sedimen tahunan sebesar 1.18 juta  ton  pada  tahun  1993  yang  meningkat  menjadi  2.15  juta  ton  pada  tahun  2003Hal  tersebut  diduga disebabkan oleh kerusakan ekosistem di sepanjang DAS terutama berkurangnya luas hutan di bagian hulu. Makalah ini mendiskusikan hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan perubahan perilaku erosi. Daerah yang dikaji adalah DAS Citarum Hulu. Selain itu, DAS Citarum menyediakan sumber air bagi irigasi, kebutuhan domistik dan Energi, Keberadaan Waduk Saguling dengan kapasitas terpasang 700 MWH merupakan lumbung energi yang murah dan bersih namun kondisi sedimentasi dan erosi di hulu sangat memprihatinkan bahkan saat ini kondisi laju sedimentasi mencapai lebih dari 4 juta ton/th, selain banjir langganan yang sering terjadi. Adapun hal yang terjadi menyangkut erosi di lahan secara umum di indonesia sebagai berikut:

•     Degradasi hutan dan lahan di Indonesia telah mencapai angka seluas 100,7 juta hektar,

•     59,2 juta hektar terjadi di dalam kawasan hutan. Secara kumulatif,

•     laju kerusakan hutan dan lahan diperkirakan telah mencapai angka 2,83 juta hektar per tahun (Dephut

2005).

•      Dampak langsung dari peningkatan laju kerusakan hutan dan lahan tersebut adalah terjadinya bencana alam berupa banjir bandang dan tanah longsor, serta kekeringan.
•      Dampak tak langsung laju degradasi hutan dan lahan juga telah menyebabkan berbagai kerugian ekonomi dan sosial yang akut, diantaranya adalah terjadinya kerusakan infrastruktur jalan, jembatan dan berbagai fasilitas umum dan sosial.



1.2 Gambaran Umum

DAS Citarum Hulu mencakup mata air sungai Citarum hingga Saguling (Gambar 1) dengan luas sekitar 1771 km2 sebagai bagian dari DAS Citarum yang merupakan salah satu DAS terbesar di Jawa Barat. Untuk keperluan pengelolaan, DAS Citarum Hulu dibagi ke dalam lima sub-DAS yaitu: Cikapundung, Citarik, Cisarea, Cisangkuy dan Ciwidey (Perum Otorita Jatiluhur, 1990). Curah hujan bulanan rata-rata yang diukur pada tahun 2001 berkisar dari 45 sampai 352 mm dengan nilai total curah hujan tahunan sebesar 2200mm. Kondisi topografi didominasi oleh pegunungan sepanjang batas DAS dan dataran yang luas di tengah DAS. Tata guna lahan





didominasi oleh pertanian dan hutan. Selama rentang waktu tujuh tahun (1994-2001) luas hutan berkurang hampir 60%, sebaliknya luas lahan pertanian bertambah hingga 40%.

Diskusi hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan perubahan perilaku erosi di DAS Citarum Hulu didasarkan pada beberapa investigasi pendahuluan yang telah dilakukan oleh Basyar (2006) dan Poerbandono et al. (2006). Investigasi pendahuluan tersebut mencakup penyiapan data, aplikasi model spasial untuk simulasi perilaku erosi pada DAS Citarum Hulu serta validasi hasil pemodelan spasial melalui pemeriksaan dengan data yang diukur langsung di lapangan. Pada makalah ini akan dikaji bagian DAS Citarum Hulu yang mengalami perubahan  perilaku  erosi  dengan  dampak  spasial  yang  dianggap  berarti.  Bagian  DAS  tersebut  akan dihubungkan dengan informasi perubahan tata guna lahan.








B A B I I

I D E N T I F I K A S I M A S A L A H




2.1 Identif kasi Permasalahan

Identifikasi permasalahan lingkungan di Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dimulai dari perubahan tata guna lahan,  gangguan  fungsi  hidrologis  DAS,  perubahan  rezim  aliran,   perubahan  kualitas  air  permukaan, permasalahan air tanah, baik kualitas maupun kuantitas, dan permasalahan lainnya. Erosi merupakan salah satu masalah yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah, terutama berkaitan dengan pengembangan pertanian. Erosi dibagian hulu yang secara topografis memiliki lereng dan kemiringan sungai relatif terjal, akan mengikis tebing sungai sehingga bisa menimbulkan longsor dan merusak lahan masyarakat sekitarnya. Erosi lahan juga akan merusak tingkat kesuburan, karena bagian lahan yang tererosi biasanya adalah top soil yang merupakan lahan subur. Material longsoran bisa terbawa arus sungai dan pada begian hilir yang landai akan terjadi pengendapan sehingga mengurangi kapasitas sungai dan menimbulkan banjir pada saat musim hujan. Apabila dihilir ada Bendung dan jaringan irigasi, sedimentasi akan terjadi juga di jaringan irigasi dan dapat mengancam stabilitas pemanfaatan irigasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat erosi lahan oleh air diantaranya adalah faktor iklim, jenis tanah (soil), vegetasi, dan topografi. Faktor iklim dan topografi diluar kemampuan manusia untuk mengontrolnya, kecuali kemiringan  lereng  masih  memungkinkan  untuk  dikontrol  secara  terbatas.  Faktor  iklim  yang  berpengaruh terhadap erosi adalah curah hujan, temperatur, angin, kelembaban udara dan radiasi matahari. Hubungan antara karakteristik curah hujan, air limpasan, dan tanah masih sangat kompleks untuk dianalisis. Pengaruh yang besar dari vegetasi untuk mengurangi tingkat erosi lahan, terutama berkaitan dengan: (i) adanya intersepsi pada daun sehingga menahan energi air hujan dan mengurangi runoff, (ii) dapat mengurangi kecepatan aliran runoff, (iii) menahan pergerakan butiran tanah, (iv) memperbaiki porositas tanah dengan akar dan humus, (v) meningkatkan aktivitas biologi pada tanah, (vi) meningkatkan kapasitas tampungan air pada lahan.

Dari  beberapa  sumber  menyebutkan  bahwa  kondisi  DASungai  Citarum  hulu  tingkat  erosi  yang  terjadi khususnya  di  daerah  hulu  sungai  kondisi  saat  ini  masuk  dalam  kategori  sangat  kritis,  berikut  gambaran mengenai tingkatan erosi yang ada di wilayah DAS Sungai Citarum Hulu.




2.2 Permasalahan

Fenomena yang terjadi di DAS Citarum Hulu pada saat ini adalah ketika musim kemarau terjadi kekeringan, dan sebaliknya pada musim hujan terjadi banjir disertai dengan buruknya kualitas air. Terganggunya fungsi hidrologis di DAS Citarum ini karena banyaknya konversi lahan yang kurang sesuai, berikut beberapa permasalahan yang terjadi di wilayah daerah aliran sungai citarum hulu :

•       Kemiringan dan kekritisan lahan maka peruntukan lahan umumnya lebih cocok untuk konservasi dari pada lahan pertanian
•       Penyempitan lahan konservasi ini dikarenakan sedikitnya lahan untuk budidaya pertanianmengingat persentase angka kepemilikan lahan oleh masyarakat kecil sekali.
•       Perkembangan penduduk sudah tidak seimbang dengan daya dukung lahan yang tersedia hal ini dikarenakan angka kelahiran sudah tidak terkontrol.
•       Teknik pengolahan tanah yang salah. Masyarakatmenerapkan pola budidaya yang tidak sesuai kaidah konservasi
•       Tingginya limbah pertanian dan peternakan karena tidak adanya pengolahan limbah yang memadai yang menyebabkan kesehatan lingkungan dan masyarakat terancam.





B A B I I I

P E N U T U P


3.1 Solusi

A Pemberdayaanmasyarakat

•       Penyuluhan,  pelatihan,  pendampingan  masyarakat.  Dengan  menggulirkan  program  alih  komoditas (pengembangan tanaman keras dan multicrop dengan rumput ternak) pengembangan rumput bergizi tinggi, pengadaan ternak sapi perah).
•       Pembuatanmodel-model  pertanian  berbasis  agrobisnis  dan  berwawasan  konservasi  dan  pelatihan bidang-bidang usaha pertanian.
•       Menyadarkanmasyarakat melalui pndekatan agama, kampanye lingkungan dan penegakan disiplin, kegiatan reaktualisasi ajaran agama dalam pemghelolaan lingkungan.
B Sumber Daya Air

•       Pengembangan tanaman keras di kawasan konservasi dengan tanaman yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat berupa buahnya, daunnya, bunganya dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya.
•       Pengolahan limbah ternak dan penggunaan pupuk organik dan PHT alami dan penggunaan pupuk organik.
C Social budaya

•     Penyelenggraan dan pengadaan sarana dan prasrana pendidikan non formal.

•       Peningkatan  muatan  local  pendidikan  budidaya  ternak  ruminansia  dan  muatan  local  pendidikan pertanian berbasis konservasi.
•       Meningkatkan pemahaman serta tokoh dan lembaga keagamaan dalam pengembangan kearifan local melalui pemberdayaan lembaga keagamaan.
D Ekonomi

•       Model-model pertanian berbasis agrobisnis diataranya Pengembangan tanaman keras di kawasan konservasi  dengan tanaman yang  bisa  dimanfaatkan  oleh  masyarakat berupa  buahnya, daunnya, bunganya dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya, serta pelatihan bidang-bidang usaha tani
•       pertanian terpadu, bantuan pemasaran, penerapan teknologi tepat guna (TTG) dan pelatihan usaha dan keterampilan.





E Kategori Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Berikut  adalah  solusi  alternatif  rehabilitasi  lahan  daerah  hulu  sungai  dengan  metode  sipil  teknis  dan vegetatif:



3.2 Kesimpulan

•       Program pemerintah maupun pemerintah daerah seperti GERHAN dan GRLK masih diperlukan, karena dengan program tersebut lahan kritis dapat dihutankan kembali.
•     Lemahnya penegakan hukum, sehingga perambahan hutan terus terjadi.

•     Terjadinya  perambahan  hutan  konservasi  oleh  masyarakat,yang diubah  menjadi  lahan pertanian  /

perkebunan

•       Rendahnya pengetahuan atau ketidak pedulian masyarakat terhadap pentingnya peranan sungai bagi kehidupan.
•     Rendahnya pendidikan dan ketrampilan masyarakat, sehingga diversifikasi pertanian tidak ada.


3.3 Saran

•       Perlu ditingkatkan upaya untuk penguatan koordinasi, penyamaan persepsi tentang pioritas progam pemerintah  dan pemerintah daerah  seperti GERHANGRLK dan  program  lainnya yang  berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat
•       Model-model  pertanian berbasis  agrobisnis  diataranya  pengembangan  tanaman  keras  di  kawasan konservasi  dengan tanaman yang  bisa  dimanfaatkan  oleh  masyarakat berupa  buahnya, daunnya, bunganya dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya, seperti penanaman pohon aren yang cocok diintegrasikan dengan ternak sapi perah.
•     Mengadakan penyuluhan dan pelatihan pendampingan masyarakat dengan penerapan insentif dan

disinsentif. Dilakukan pemberian penghargaan bagi masyarakat yang berprestasi dalam penjagaan lingkungan sehingga mampu mendorong program konservasi secara swadaya.





Daftar Pustaka (Sumber Referensi)


Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, 2013,“Profil Balai Besar Wilayah Sungai Citarum.


Sukiman  Wahyu,  Kosasih  Komar,  Pranusetya  Achmad,  Rehabilitasi  Dan  Konservasi  Daerah  Hulu  Sungai

Citarum”.


Infrastruktur dan Lingkungan Binaan, 2006, Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum

Hulu dengan Pemodelan Spasial”.


Balai  Pengelolaan  Daerah  Aliran  Sungai  Citarum-Ciliwung  Direktorat  Jenderal  Rehabilitasi  Lahan  dan

Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan, Rencana Pengelolaan DAS Citarum Terpadu (Tahap 1)”.


Setiawan Wangsaatmaja, Arwin Sabar, & Maria Angela Novi Prasetiati,  2006, Permasalahan dan Strategi


Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan Studi Kasus: Cekungan Bandung”.

Tidak ada komentar: