K A T A P E N G A N T A R
Sehubungan dengan dilaksanakan masa
perkuliahan mata
kuliah Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA), dengan ini mahasiswa melaksanakan tugas perkuliahan berkaitan dengan mata kuliah Pengembangan
Sumber daya air (PSDA) tentang permasalahan sumber daya air yang
berhubungan dengan kondisi musim saat
ini.
Dalam hal ini penulis menyampaikan salah satu permasalah sumber
daya
air yang terjadi saat ini dengan judul
“Pengolahan Lahan di
Wilayah Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Citarum”. Makalah ini menjelaskan tentang dampak pengolahan
lahan dari masyarakat
di wilayah
hulu Sungai Citarum yang berpengaruh
pada wilayah hilir daerah aliran sungai. Selain itu
penulis mencoba memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi
dengan acuan pada UU No. 7 tentang
Sumber
Daya
Air.
Dengan kerendahan hati, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Besar harapan penulis,
semoga
makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan dapat bermanfaat
bagi kepentingan pendidikan.
D A F T A R I S I
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang .................................................................................................................................................. 1
1.2
Gambaran
Umum.............................................................................................................................................. 1
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH .......................................................................................................................... 3
2.1
Identifikasi Permasalahan ................................................................................................................................. 3
2.2
Permasalahan ................................................................................................................................................... 4
BAB III
PENUTUP .................................................................................................................................................. 5
3.1
Solusi ................................................................................................................................................................ 5
3.2
Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 6
3.3
Saran ................................................................................................................................................................ 6
B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1 Latar
Belakang
Laju sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Citarum Hulu dalam dasawarsa terakhir dilaporkan meningkat hampir
dua kali lipat
(Pikiran Rakyat, 2006).
Fakta ini ditunjukkan oleh laju ekspor sedimen tahunan sebesar 1.18
juta ton pada
tahun 1993 yang
meningkat menjadi
2.15
juta ton
pada tahun 2003. Hal
tersebut
diduga disebabkan oleh kerusakan ekosistem di
sepanjang DAS terutama
berkurangnya luas hutan di bagian hulu.
Makalah
ini
mendiskusikan hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan perubahan perilaku erosi. Daerah
yang dikaji adalah DAS Citarum Hulu. Selain itu, DAS Citarum menyediakan sumber air bagi
irigasi, kebutuhan
domistik
dan Energi, Keberadaan Waduk Saguling
dengan kapasitas terpasang 700 MWH merupakan
lumbung energi yang murah dan bersih namun kondisi sedimentasi
dan
erosi di hulu sangat memprihatinkan bahkan saat
ini kondisi laju sedimentasi mencapai lebih dari 4 juta
ton/th, selain banjir langganan yang
sering terjadi. Adapun hal yang terjadi menyangkut erosi di lahan secara umum di indonesia sebagai berikut:
• Degradasi hutan dan lahan
di
Indonesia telah
mencapai angka
seluas 100,7 juta
hektar,
• 59,2 juta hektar
terjadi di dalam
kawasan hutan.
Secara kumulatif,
• laju kerusakan hutan dan lahan diperkirakan telah mencapai angka 2,83 juta hektar per tahun (Dephut
2005).
• Dampak langsung dari peningkatan laju kerusakan hutan dan lahan tersebut adalah terjadinya bencana alam berupa
banjir bandang
dan tanah longsor, serta
kekeringan.
• Dampak tak langsung laju degradasi hutan dan lahan juga telah menyebabkan berbagai kerugian ekonomi dan sosial yang akut, diantaranya
adalah terjadinya kerusakan infrastruktur jalan, jembatan dan berbagai fasilitas umum
dan sosial.
1.2 Gambaran Umum
DAS Citarum Hulu mencakup mata air sungai Citarum hingga Saguling (Gambar 1) dengan luas sekitar 1771 km2 sebagai bagian dari DAS Citarum yang
merupakan salah satu
DAS
terbesar di Jawa Barat.
Untuk keperluan pengelolaan, DAS Citarum
Hulu dibagi ke dalam lima sub-DAS yaitu: Cikapundung, Citarik, Cisarea, Cisangkuy dan Ciwidey (Perum Otorita Jatiluhur, 1990). Curah hujan bulanan rata-rata yang diukur pada tahun
2001 berkisar dari 45 sampai 352 mm dengan nilai total curah
hujan tahunan sebesar 2200mm. Kondisi topografi
didominasi oleh pegunungan
sepanjang batas DAS dan dataran
yang luas di tengah DAS. Tata guna lahan
didominasi oleh pertanian dan hutan. Selama rentang
waktu tujuh tahun (1994-2001) luas hutan berkurang hampir
60%, sebaliknya luas lahan pertanian bertambah hingga 40%.
Diskusi hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan perubahan
perilaku erosi
di DAS Citarum Hulu
didasarkan pada beberapa investigasi pendahuluan yang telah dilakukan oleh Basyar (2006) dan Poerbandono
et al. (2006). Investigasi pendahuluan tersebut mencakup penyiapan data,
aplikasi model spasial untuk simulasi perilaku erosi pada DAS
Citarum Hulu serta validasi hasil pemodelan spasial melalui pemeriksaan dengan data
yang diukur langsung di lapangan. Pada makalah ini akan dikaji bagian DAS Citarum Hulu yang mengalami perubahan
perilaku
erosi dengan dampak spasial
yang
dianggap berarti.
Bagian DAS
tersebut akan dihubungkan dengan informasi perubahan
tata guna lahan.
B A B I I
I D E N T I F I K A S I M A S A L A H
2.1 Identif kasi Permasalahan
Identifikasi permasalahan lingkungan di Daerah Aliran
Sungai Citarum Hulu dimulai dari perubahan tata guna lahan, gangguan
fungsi hidrologis DAS,
perubahan rezim aliran, perubahan
kualitas air permukaan, permasalahan air tanah,
baik
kualitas maupun kuantitas, dan
permasalahan lainnya.
Erosi merupakan salah satu masalah yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah, terutama berkaitan dengan pengembangan pertanian. Erosi dibagian hulu yang secara topografis memiliki lereng
dan kemiringan sungai relatif
terjal, akan mengikis tebing sungai sehingga bisa menimbulkan longsor dan merusak lahan masyarakat sekitarnya.
Erosi lahan juga akan merusak tingkat kesuburan, karena bagian lahan yang tererosi biasanya
adalah top soil yang merupakan lahan subur.
Material longsoran bisa terbawa arus sungai dan pada begian hilir
yang landai akan terjadi pengendapan sehingga mengurangi kapasitas sungai dan menimbulkan banjir pada
saat
musim hujan. Apabila dihilir ada Bendung dan jaringan irigasi, sedimentasi akan terjadi
juga di jaringan
irigasi dan dapat mengancam stabilitas pemanfaatan irigasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat erosi lahan oleh air diantaranya adalah
faktor iklim, jenis tanah (soil),
vegetasi, dan topografi. Faktor iklim dan topografi diluar kemampuan manusia untuk mengontrolnya, kecuali kemiringan
lereng masih memungkinkan
untuk dikontrol secara terbatas.
Faktor iklim yang berpengaruh terhadap erosi adalah curah hujan,
temperatur, angin, kelembaban
udara dan radiasi matahari. Hubungan antara karakteristik curah hujan, air limpasan, dan tanah masih sangat kompleks untuk dianalisis. Pengaruh yang besar
dari vegetasi untuk
mengurangi tingkat erosi lahan, terutama berkaitan dengan: (i) adanya intersepsi pada daun
sehingga menahan energi air hujan
dan mengurangi runoff, (ii) dapat mengurangi kecepatan aliran runoff, (iii)
menahan pergerakan butiran tanah, (iv)
memperbaiki porositas tanah dengan
akar dan humus, (v) meningkatkan
aktivitas biologi pada
tanah, (vi) meningkatkan kapasitas tampungan air
pada lahan.
Dari
beberapa
sumber menyebutkan bahwa
kondisi
DAS
Sungai Citarum hulu
tingkat erosi yang
terjadi khususnya
di
daerah
hulu sungai
kondisi
saat
ini masuk dalam
kategori sangat
kritis,
berikut gambaran mengenai tingkatan
erosi yang ada di
wilayah DAS Sungai Citarum
Hulu.
2.2 Permasalahan
Fenomena yang terjadi di DAS Citarum Hulu pada saat ini adalah
ketika musim kemarau terjadi kekeringan, dan sebaliknya
pada musim hujan terjadi banjir disertai dengan buruknya kualitas air. Terganggunya
fungsi hidrologis di DAS Citarum ini karena banyaknya konversi lahan yang
kurang sesuai, berikut beberapa permasalahan yang
terjadi di wilayah daerah aliran sungai citarum hulu
:
• Kemiringan dan kekritisan lahan maka peruntukan lahan umumnya lebih cocok untuk konservasi dari pada lahan pertanian
• Penyempitan lahan konservasi ini dikarenakan sedikitnya lahan untuk budidaya pertanianmengingat
persentase angka kepemilikan lahan
oleh
masyarakat kecil sekali.
• Perkembangan penduduk sudah tidak seimbang dengan daya dukung lahan yang tersedia hal ini
dikarenakan angka kelahiran
sudah tidak terkontrol.
• Teknik pengolahan tanah yang salah. Masyarakatmenerapkan pola budidaya yang tidak sesuai kaidah konservasi
• Tingginya limbah
pertanian dan peternakan karena tidak adanya pengolahan
limbah yang memadai
yang menyebabkan kesehatan lingkungan
dan masyarakat terancam.
B A B I I I
P E N U T U P
3.1
Solusi
A. Pemberdayaanmasyarakat
• Penyuluhan,
pelatihan,
pendampingan masyarakat. Dengan menggulirkan program
alih komoditas (pengembangan tanaman keras dan multicrop dengan rumput ternak) pengembangan rumput bergizi
tinggi, pengadaan ternak sapi perah).
• Pembuatanmodel-model
pertanian
berbasis agrobisnis
dan berwawasan
konservasi
dan
pelatihan
bidang-bidang usaha
pertanian.
• Menyadarkanmasyarakat melalui pndekatan agama, kampanye lingkungan dan penegakan disiplin,
kegiatan reaktualisasi ajaran agama dalam pemghelolaan lingkungan.
B. Sumber
Daya Air
• Pengembangan tanaman keras di kawasan konservasi dengan tanaman yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat berupa buahnya, daunnya, bunganya dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya.
• Pengolahan limbah ternak dan penggunaan pupuk organik dan PHT alami dan penggunaan pupuk
organik.
C. Social budaya
• Penyelenggraan dan pengadaan sarana dan prasrana pendidikan non
formal.
• Peningkatan
muatan
local pendidikan
budidaya ternak
ruminansia dan muatan
local pendidikan pertanian berbasis konservasi.
• Meningkatkan pemahaman serta tokoh dan lembaga keagamaan dalam pengembangan kearifan local
melalui pemberdayaan lembaga
keagamaan.
D. Ekonomi
• Model-model
pertanian berbasis agrobisnis diataranya Pengembangan tanaman keras di kawasan
konservasi dengan tanaman yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat berupa
buahnya, daunnya, bunganya dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya, serta pelatihan bidang-bidang usaha
tani
• pertanian terpadu, bantuan pemasaran, penerapan
teknologi tepat guna (TTG) dan pelatihan
usaha dan keterampilan.
E. Kategori Rehabilitasi Hutan dan
Lahan
Berikut adalah
solusi
alternatif
rehabilitasi
lahan
daerah hulu
sungai dengan
metode sipil
teknis dan vegetatif:

3.2
Kesimpulan
• Program pemerintah maupun pemerintah daerah seperti GERHAN dan GRLK masih diperlukan, karena
dengan program tersebut
lahan
kritis dapat dihutankan
kembali.
•
Lemahnya
penegakan hukum, sehingga perambahan hutan terus terjadi.
• Terjadinya
perambahan hutan
konservasi oleh
masyarakat,yang diubah menjadi lahan pertanian
/
perkebunan
• Rendahnya pengetahuan atau ketidak pedulian masyarakat terhadap pentingnya peranan sungai bagi
kehidupan.
•
Rendahnya pendidikan dan
ketrampilan
masyarakat, sehingga diversifikasi pertanian tidak ada.
3.3
Saran
• Perlu ditingkatkan upaya untuk penguatan koordinasi, penyamaan persepsi tentang pioritas progam pemerintah
dan pemerintah daerah seperti GERHAN, GRLK dan
program lainnya yang berkaitan
dengan pemberdayaan masyarakat
• Model-model pertanian berbasis agrobisnis diataranya pengembangan tanaman
keras
di
kawasan
konservasi dengan tanaman yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat berupa
buahnya, daunnya, bunganya
dan sebagainya tanpa merusak atau menebangnya, seperti penanaman pohon
aren yang cocok diintegrasikan
dengan ternak sapi perah.
• Mengadakan penyuluhan
dan pelatihan pendampingan
masyarakat dengan penerapan insentif
dan
disinsentif.
Dilakukan
pemberian penghargaan bagi masyarakat
yang
berprestasi dalam penjagaan lingkungan sehingga mampu mendorong program
konservasi secara swadaya.
Daftar
Pustaka (Sumber Referensi)
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, 2013,“Profil Balai Besar
Wilayah Sungai Citarum”.
Sukiman Wahyu,
Kosasih Komar,
Pranusetya
Achmad,
“Rehabilitasi
Dan Konservasi
Daerah Hulu Sungai
Citarum”.
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan,
2006, “Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum
Hulu
dengan Pemodelan Spasial”.
Balai
Pengelolaan Daerah
Aliran
Sungai
Citarum-Ciliwung
Direktorat
Jenderal Rehabilitasi
Lahan dan
Perhutanan
Sosial, Departemen Kehutanan, “Rencana Pengelolaan
DAS
Citarum Terpadu
(Tahap 1)”.
Setiawan Wangsaatmaja, Arwin Sabar, &
Maria Angela Novi Prasetiati, 2006, “Permasalahan dan Strategi
Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan
Studi Kasus:
Cekungan Bandung”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar