Senin, 01 Februari 2016

MAKALAH PERKEMBANGAN SUPERVISI

KATA PENGANTAR
Puja-puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perkembangan Supervisi
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen yang mengampu “Supervisi Pendidikan“ dan teman - teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman- teman. Amin.







Jepara, 20 Desember 2014
Kelompok 8


DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................   i
Kata Pengantar ...................................................................................................   ii
Daftar Isi ............................................................................................................   iii & iv
BAB I                         : PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang ....................................................................   1
B.  Rumusan Masalah ...............................................................   2
C.  Tujuan masalah ....................................................................   2

BAB II            : PEMBAHASAN
A.  Perkembangan Supervisi pada abad ke-18 & 19
1.      Perkembangan Supervisi pada abad ke-18 ....................   3
2.      Perkembangan Supervisi pada abad ke-19 ....................   4
B.  Perkembangan Supervisi pada zaman sekarang ..................   5
C.  Perkembangan Supervisi pada masa yang akan datang ......   9

BAB III          : PENUTUP
A.  Simpulan ..............................................................................   11
B.  Saran dan Kritik ..................................................................   11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................   13









BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
       Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di negara kita, maka paradigma tenaga kependidikan pun sudah seharusnya mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan supervisi atau kepengawasan pendidikan ini. Dengan paradigma lama tergambar bahwa suatu kegiatan tidak dapat diharapkan berjalan lancar dengan sendirinya sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan, jika tidak diawasi. Apa yang diharapkan untuk dikerjakan seseorang atau sekelompok orang, sering kali kurang atau bahkan tidak dilakukan, bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak ada yang mengawasi.
      Berdasarkan gambaran tersebut dapat dipahami bahwa pengawasan cenderung bersifat otokratis, mencari-cari kesalahan atau kelemahan orang lain dan berorientasi pada kekuasaan dan kekuatan.
      Perubahan demi perubahan telah kita alami dan lalui, demikian pula pengertian pengawasan seperti lambat laun mengalami perubahan pula. Pengaruh-pengaruh barat mulai masuk, sehingga pengertian pengawasan dalam pendidikan dirubah menjadi “supervisi” yang mengandung pengertian yang lebih luas dan lebih demokratis, tidak hanya melihat apakah Kepala Sekolah, Guru, dan para pegawai sekolah telah melakukan tugas dan kegiatan sesuai dengan pedoman yang ada, akan tetapi juga berusaha mencari jalan keluar bagaimana cara memperbaikinya. Para supervisor pun berkewajiban memberikan bimbingan, pembinaan dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan. Hubungan antara pengawas/supervisor dengan yang diawasi lebih bersifat kemitraan. Dengan paradigm baru ini diharapkan para peendidik dan para supervisor dapat menjalin kerja sama yang lebih harmonis dalam rangka mengemban tugas-tugas kependidikan yang dibenakan kepada diri masing-masing.[1]

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan supervisi pada abad 18 & 19 ?
2.      Bagaimana perkembangan supervisi pada zaman sekarang ?
3.      Bagaimana perkembangan supervisi pada masa yang akan datang ?

C.  Tujuan Masalah
1.      Dapat mengetahui perkembangan supervisi pada abad 18 & 19
2.      Dapat mengetahui perkembangan supervisi pada zaman sekarang
3.      Dapat mengetahui perkembangan supervisi pada masa yang akan datang
















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Perkembangan Supervisi abad ke-18 & 19
1.    Perkembangan supervisi abad ke-18
Supervisi  pada abad ke-18 dilakukan oleh panitia kantor atau panitia sekolah atau anggota-anggota badan pendidikan. Mereka ini di angkat karena kemahiran-kemahiranya akan metode-metode mengajar.
Pada waktu-waktu tertentu mereka datang berkunjung ke sekolah untuk melihat guru-guru mengajar. Mereka melakukan inspeksi ke sekolah-sekolah, karena itu muncul istilah inspektur bagi mereka. Tugas mereka adalah untuk mengetahui sampai di mana kepandaian guru-guru itu mengajar, bukan memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang du buat oleh para guru.
Namun para supervisor ini hanya merupakan alat pencatat saja bagi kepentingan atasannya, mereka hanya menulis apakah guru-guru itu sudah bekerja dengan benar atau masih salah. Hal itu mudah dikerjakan sebab apa yang patut dilakukan guru sudah ditentukan sejak awal. Setiap sekolah sudah mempunyai aturan-aturan dan standar yang harus dilakukan. Tugas supervisor adalah mengontrol sekolah apakah sekolah ia sudah melaksanakan aturan dan standar itu atau belum.  Bila ternyata guru melakukan kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan menegur saja, tidak menunjukan bagaimana memperbaiki diri. Nampaknya kreatif guru juga kurang dihargai.
Kontrol pendidikan seperti ini juga dirasakan di Indonesia di abad itu. para guru umumnya merasa takut bila didatangi supervisor yang lebih dikenal sebagai kontroler. Mereka sering datang tiba-tiba, dengan tidak memberitahukan terlebih dahulu. Mereka yang sebagian besar terdiri dari penjajah bangsa Belanda secara penampilan sudah menakutkan. Kontrol seperti ini dapat membuat sekolah berdisiplin tinggi, tetapi kreativitas guru-guru atau sekolah cenderung mati. Yang melakukan supervisi di Amerika Serikat ialah kebanyakan orang-orang yang menjadi anggota organisasi pendidikan atau orang-orang yang cinta akan pendidikan, mereka itu terdiri dari para pendeta, pengawas sekolah, para wali siswa, orang-orang pilihan, warga negara tertentu dan anggota panitia. Tugas mereka melakukan inspeksi ke sekolah-sekolah dengan perhatian utama ditujukan kepada efektivitas pengajaran yaitu: menulis, membaca dan menghitung. Sebagai pecinta pendidikan bukan ahli mendidik, mereka diragukan apakah dapat memperbaiki pengajaran atau tidak.

2.    Perkembangan supervisi abad ke -19
Pada abad ke-19 kedudukan Pengawas sekolah sudah meningkat. Mereka secara resmi dikatakan supervisor sekolah. Mereka pada umumnya adalah para pegawai kantor pengawas pendidikan yang di Indonesia dapat disamakan dengan Kantor Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, baik di tingkat Provinsi, Kabupaten maupun Kecamatan. Hal ini disebabkan karena mereka kini sudah berkembang menjadi orang-orang professional. Dengan demikian supervisi pada abad ke-19 sudah bersifat professional.
Tugas para supervisor pada abad ini tidak lagi hanya mengontrol dan mencatat kesalahan guru, tidak lagi bersifat otokrasi, melainkan berangsur-angsur memperhatikan individualitas guru sehingga kewajiban supervisor semakin meluas. Tugas mereka adalah memperbaiki proses pendidikan, menunjukkan kepada guru bagaimana mengajar dengan baik, membimbing guru serta memberikan kesempatan mengeluarkan pendapat dan berdiskusi. Guru-guru yang memiliki kemampuan kurang dan guru-guru yang baru selesai studi dibantu lewat penataran. Dalam hal ini supervisor bertindak sebagai penyelenggara, sedangkan menatar dilakukan oleh orang-orang yang lebih ahli. Sifat penataran sebagian besar ditekankan kepada memberikan contoh-contoh nyata sebagai guru dengan aktivitas-aktivitasnya yang baik. Para penatar akan dicontoh kepribadiannya, cara membawa diri dalam proses belajar mengajar, caranya mengajar, membimbing para siswa, menilai dan sebagainya.
Supervisi pada abad ke-19 sudah dipandang penting bagi kemajuan pengajaran. Oleh sebab itu, supervisor lebih di atas tingkatannya dari kepalah sekolah. Kedudukan supervisor lebih ditonjolkan karena kewajibannya dipandang lebih utama dari pada kewajiban kepala sekolah yaitu memperbaiki, mempertahankan, dan mengawasi proses pendidikan. Namun demikian keduanya baik supervisor ataupun kepala sekolah melaksanakan fungsi supervisi. Tetapi supervisi dari kepala sekolah tidak begitu lancar disebabkan oleh tugas-tugas ketatausahaan sekolah. Pada abad ini supervisor-supervisor spesialis sudah mulai dikembangkan seperti ahli dalam bidang kurikulum, ahli dalam administrasi, ahli dalam keuangan dan sebagainya. Teknik-teknik supervisi juga mulai dikembangkan dan ditingkatkan, termasuk teknik pembinaan guru yang bersifat manusiawi. Karena itu pada akhir abad ini supervisi di pandang sebagai fungsi demokrasi.

B.  Perkembangan supervisi pada masa sekarang
Secara historis mula-mula diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inspeksi, mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang tradisional ini disebut snooper vision, yaitu tugas yang memata-matai untuk menemukan kesalahan. Konsep seperti ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan.[2] Sedangkan arti dari supervisi mempunyai pengertian yang demokratis. Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru/pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi, dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat dan pengalaman yang perlu didingar dan dihargai serta diikutsertakan dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.[3] Supervisi pada masa sekarang sering disebut supervisi modern. Supervisi ini mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman dan kepemimpinan yang berbobot. Lebih jauh lagi karakteristik supervisi modern dikatakan sebagai berikut :
1.    Karakteristik yang pertama menciptakan dan mempertahankan antar hubungan yang memuaskan diantara semua anggota staf. Kondisi seperti ini merupakan dasar yang paling utama dalam melaksanakan supervisi.  Sebab supervisi merupakan suatu proses yang menyangkut aktivitas-aktivas individu didasari oleh pengenalan dan hubungan yang akrab.
2.    Karakteristik yang kedua ialah demokratis, istilah demokratis dikatakan mencerminkan dinamika, dapat mengerti dan memahami, sensitif, dan memegang peranan kepemimpinan.  
3.    Karakter supervisi modern yang ketiga adalah komprensif.  Suatu yang supervisi berlangsung dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas yang mencangkup beberapa sekolah untuk beberapa sekolah untuk wilayah tertentu. Bentuk dan isi supervisi untuk tingkat-tingkat sekolah itu tidak boleh berbeda-beda. Kesamaan ini dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah tingkat atas. Hal ini akan memudahkan para siswa mengembangkan diri melalui kurikulum tersebut. Cukup sulit bagi siswa kalau ia sudah biasa belajar dengan cara bervariasi beralih ke cara yang monoton misalnya. Itulah sebabnya perlu diusahakan kesamaan metode belajar mengajar dari tingkat sekolah yang paling rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi.

Kesamaan metode belajar mengajar disini tidak sama persis untuk semua tingkat sekolah dan semua bidang studi melainkan yang sama adalah prinsipnya. Misalnya semua menggunakan prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sehingga belajar dari siswa dari tingkat sekolah ke tingkat yang lain menjadi lancar karena sudah biasa dengan KTSP.  Begitu pula materi yang dipelajari secara prinsip sama yaitu dapat menunjang pembentukan manusia seutuhnya, hanya tingkat kesukaran yang perlu berbeda. Selain komprehensif ditujukan kepada kurikukulum, juga komprehensif terhadap personalia sekolah  mencangkup kepalah sekolah, para guru, para pegawai tatausaha dan para siswa diarahkan dalam pencampaian tujuan pendidikan.
Supervisi yang dinamis ialah supervis yang aktif, kreatif, dan banyak inisiatif dalam melaksanakan fungsinya. Suatu supervisi yang tidak hanya mengamati, mengontrol, mengeritik dan menilai saja tetapi jauh lebih luas dari pada itu.  Supervisi seperti ini ikut merencanakan agar proses belajar memberi hasil yang baik, membantu menciptakan kondisi belajar yang baik, memonitori guru-guru agar tidak sampai terlanjur jauh berbuat salah, mencari sebab sebuah kesalahan, memberi saran dan membimbing. Supervisor tidak hanya mencari kesalahan guru, tidak pula hanya memperbaiki kesalahan guru, tetapi juga berusaha mengadakan preventif agar guru-guru sedikit mungkin berbuat salah.  Hal ini dilakukan dengan bermacam-macam cara sesuai problem yang dihadapi itulah sebabnya mengapa supervisor itu perlu aktif, kreatif dan berinisiatif. 
Untuk mempermudah pelaksanaan tugas, supervisi perlu mengerti atau memahami kepribadian setiap guru. Setiap guru dan personalia sekolah memiliki kepribadian yang unik.  Supervisor harus memahami keunikan setiap individu yang dibinanya.  Pemahaman terhadap individu merupakan strategi bagi supervisor dalam aksinya mempengaruhi, mengarahkan dan memotivasi individu tersebut. Setiap guru membutuhkan teknik pembinaan tersendiri sesuai keunikan mereka masing-masing.
Supervisor juga membutuhkan kesensitifan dalam berkomunikasi dengan guru dan  juga harus peka agar cepat tahu apa permasalahan yang dihadapi oleh guru.  Pengetahuan ini memberikan jalan baginya untuk mengatur strategi lebih lanjut.
Supervisor dengan kepemimpinannya akan berusaha mengadakan kerjasama dengan guru-guru dan personalia sekolah lainya dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar disekolah.  Supervisor berusaha menciptakan suasana kondusif, sehingga memungkinkan saling memberi dan saling menerima. Dalam situasi seperti ini tidak ada satupun yang mendominasi kelompok.  Setiap anggota kelompok merasa berharga bisa dihargai. Situasi dan perasaan seperti ini memungkinkan penyelesaian suatu masalah atau diskusi bisa berjalan lancar.
Supervisi secara demokratis tidak mudah dipraktekkan. Dalam pertemuan-pertemuan pendidikan antara atasan sebagai supervisor dengan bawahan di Indonesia sangat langka dijumpai proses demokrasi. Pada umumnya kelompok masih didominasi oleh pemimpin. Hal ini dibenarkan oleh hasil penelitian Beeby (1979) yang mengatakan bahwa sikap guru–guru di Indonesia bersifat tradisional yang otoriter, yaitu menunggu istruksi atasan untuk mengadakan perubahan. 
Dikatakan lebih lanjut bahwa supervisi tradisional hanya mengejar kesuksesan jangka pendek saja, dengan bertitik tolak pada variable awal tanpa mengihiraukan variable perantara. Dalam supervisi ini pemimpin cenderung untuk mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisor ini ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan, memang sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain, tapi lebih sulit lagi untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik. Mencari-cari kesalahan dalam membimbing sangatlah bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru-guru tidak merasa puas dan cenderung bersikap acuh-tak acuh dan menantang. Itulah sebabnya kesuksesan mudah lenyap sebab semangat pelaksana-pelaksananya mudah memudar.[4]
Menyadari kelemahan supervisi tradisional tersebut, maka supervise modern  meletakan kunci penggeraknya pada organisasi personaliannya yaitu para pelaksana yang dikatakan sebagai variable perantara, walaupun diakui  bahwa variable ini juga di pengaruhi dan ditentukan oleh variable awal.  Variable yang terdiri dari sikap, kepuasan bekerja, komitmen, kesetiaan dan sebagainya merupakan dasar dedikasi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Menyadari hal ini, yang pertama-tama ditangani oleh supervisor modern adalah organisasi personalia sekolah yaitu orang-orang yang melaksanakan pendidikan itu. 
Dengan cara ini mungkin kesuksesan pendidikan tidak segera akan nampak tetapi secara berangsur-angsur dalam jangka panjang sangat mungkin  akan tercapai. Lagi pula kesuksesan seperti itu akan lama bertahan bahkan cara ini dapat di pandang sebagai strategi untuk melestarikan kesuksesan pendidikan.

C.  Perkembangan Supervisi pada masa yang akan datang
Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang. Yang bisa di kemukakan dua macam yang satu meninjau supervisi dari sudut professional guru, sedang lain meninjau dari sudut politik negara.  Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi pendidik, yang lain melihat kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara.
Kecenderungan-kecenderungan supervisi yang baru dan mungkin yang terus berkembang pada masa akan datang dalam membina para guru disebabkan oleh perkembangan oleh perkembangan ilmu  dan teknologi yang begitu pesat. Perkembangan seperti ini akan membuat dunia beserta masyarakatnya akan berubah dengan cepat pula.
Untuk mencapai maksud di atas membutuhkan tipe supervisi yang baru, Supervisi tersebut lebih mememusatkan dari pada pengembangan profesi dan bakat guru serta memanfaatkannya untuk kepentingan kemajuan pendidikan dari pada memberi konsultasi langsung kepada guru-guru, membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak bergantung kepada pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan yang diperoleh sendiri. Supervisor juga menanamkan pengertian program sekolah yang baru kepada guru-guru dalam usaha menyiapkan para siswa menghadapi kehidupan yang semakin keras.
Kecenderungan-kecenderungan sekolah pada masa yang akan datang lebih banyak dikontrol oleh negara. Negara memandang pendidikan merupakan suatu alat yang vital untuk menegakkan serta memajukan nusa dan bangsa. Hal ini memang penting bila dihubungkan dengan situasi dunia yang penuh dengan usaha merebut pengaruh era globalisasi. Pemerintah memandang perlu untuk mengawasi usaha-usaha sekolah agar anggota masyarakat yang diproduksi mampu mempertahankan kedaulatan negara, berdiri sendiri, dan tidak hanyut oleh pengaruh negara lain.
Bila demikian halnya, maka supervisor akan berada diantara sebagian alat Negara dan dan sebagai professional. Karena itu disarankan peranan supervisor sebagai berikut:
1.    Sebagai perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orang tua dan program sekolah kepada pemerintah dan badan-badan lain.
2.    Memonitor penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar.
3.    Merencanakan program untuk populasi pendidikan yang baru.
4.    Mengembagkan program yang baru untuk jabatan baru yang mungkin muncul
5.    Mengkombinasikan program yang di ajukan pemerintah.
6.    Memilih inovasi yang konsisten dengan masa yang akan datang.
Ramalan yang sifatnya menjangkau terlalu jauh kepada masa yang akan datang seringkali tidak tepat. Pengajaran dengan mesin yang diramalkan pada tahun 1960-an akan menguasai dunia pendidikan, ternyata hal itu tidak terjadi sampai sekarang. Oleh sebab itu membuat ramalan dalam bidang supervisi pendidikan, khususnya di Indonesia, tidak perlu menjangkau terlalu kedepan. Cukup setiap awal pelita (pembangunan lima tahun) merumuskan model supervisi yang baru atau diperbaharui berdasarkan  pengalaman-pengalaman yang lampau dan antisipasi satu pelita. Model ini pula dapat di revisi.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pada abad ke-18 tugas supervisor hanya sebatas mengontrol sekolah apakah sekolah ia sudah melaksanakan aturan  dan standar itu atau belum.  Bila ternyata guru melakukan kekeliruan, supervisor hanya mengeritik dan menegur saja, tidak menunjukan bagaimana memperbaiki diri dan kreatif guru juga kurang dihargai.
Pada abad ke-19 tugas para supervisor tidak lagi hanya mengontrol dan mencatat kesalahan guru, dan tidak lagi bersifat otokrasi, melainkan berangsur-angsur memperhatikan individualitas guru.
Pada masa sekarang supervisi lebih berkonsentrasi untuk menciptakan dan mempertahankan antar hubungan yang memuaskan diantara semua anggota staf. Kondisi seperti ini merupakan dasar yang paling utama dalam melaksanakan supervisi. Sebab supervisi merupakan suatu proses yang menyangkut aktivitas-aktivas individu didasari oleh pengenalan dan hubungan yang akrab.
Kecenderungan supervisi pada masa yang akan datang dan mungkin yang terus berkembang dalam membina para guru disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu pesat.  Perkembangan seperti ini akan membuat dunia beserta masyarakatnya akan berubah dengan cepat pula.

B.  Kritik dan saran
       Alhamdulillah puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, saya menyadari makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan hal ini disebabkan karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki, oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun dari seluruh pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dan akhirnya penulis berdo’a semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan pembaca umumnya, amin.





























DAFTAR PUSTAKA

Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2003. Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI.

Sahartian, Piet A. 2008.  Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto, M. Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta.





[1]Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Jakarta : Departemen Agama RI, 2003), hlm. 30-31
[2] Piet A Sahartian,  Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Hlm. 16
[3] M. Ngalim Purwanto,  Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,2008), Hlm. 77
[4] Ibid., hlm. 35

Tidak ada komentar: